Psikologi


TEORI BELAJAR KOGNITIF DEVELOPMENT

1. Sejarah Jean Piaget
            Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1896 di Neuchatel,Swiss. Ayahnya adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi sejarah abad pertengahan. Ibunya adalah seorang yang dinamis, intelligent dan takwa. Waktu mudanya, Piage sangat tertarik pada alam. Ia suka mengamati bururng-burung, ikan dan binatang-binatang di alam bebas. Itulah sebabnya, ia tertarik pada pelajaran biologi di sekolahnya.Pada waktu berumur 10 tahun,ia sudah menerbitkan karangannya yang pertama tentang brung pipit albino dalam majalah ilmu pengetahuan alam.[1] I a juga pernah membantu direktur museum ilmu pengetahuan alam di Neuchatel. Tugasnya adalah membuat klasifikasi koleksi zoology di museum tersebut.Pada waktu itu, ia mulai belajar tentang moluska dan menerbitkan seri karangannya tentang moluska. Karena karangannya yang bagus,pada umur 15 tahun ia ditawari suatu kedudukan sebagai kurator koleksi di museum alam di Geneva. Namun, ia menolaknya karena ia harus menyelesaikan sekolah menengah lebih dahulu.
            Dalam hal ini, perkembangan pemikiran Piaget banyak dipengaruhi oleh Samuel Cornut, bapak pelindungnya, seorang ahli dari Swiss. Cornut  mengamati bahwa Piaget selama masa remaja sudah terlalu memusatkan pikirannya pada biologi. Ini dapat membuat pikirannya menjadi sempit.Oleh karena itu, Cornut ingin mempengaruhi Piaget dengan memperkenalkan filsafat, khususnya karya Bergson. Buku-buku yang ditawarkannya memperluas pandangan dan minat Piaget terhadap bidang filsafat, keagamaan dan logika. Ini semua membuat Piaget mulai tertarik pada bidang epistemology, suatu cabang filsafat yang mempelajari soal pengetahuan.
Pada tahun 1916, ia telah menyelesaikan pendidikan sarjana dalam bidang biologi di Universitas Neuchatel.Dua tahun kemudian, pada umur 21 tahun, ia menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh gelar doctor filsafat. Setelah menyelesaikan studi formal, ia memutuskan untuk meninggalkan Neuchatel dan pergi ke Zurich untuk bekerja di laboratorium psikologi dan klinik psikiatri Bleuler. Di sana, ia berkenalan dengan psikoanalisa dan beberapa psikolog yang lain. Pada tahun 1920,  Piaget bekerja sama dengan Dr. Theophile XSimon di Laboratorium Binet di Paris dengan tugas mengembangkan tes penalaran. Dalam suatu standarisasi tes, pertanyaan-pertanyaan dan urutan penyajian haruslah dengan tepat didefinisikan, dan penguji tidak boleh melenceng dari prosedur yang telah ditentukan. Tujuan standarisasi tes itu adalah untuk menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang sama kepada setiap peserta. Berdasarkan adanya perbedaan jawaban dari peserta, dapat disimpulkan bahwa perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan inteligensi peserta.
Dari pengalaman membuat tes tersebut, Piaget mendapatkan tiga pemikiran penting yang mempengaruhi cara berpikirnay di kemudian hari. Pertama, Piaget lebih tertarik pada anak-anak yang jawabannya salah daripada yang jawabannya benar.[2] Waktu bertanya kepada anak-anak, ia menemukan bahwa anak-anak yang sama umurnya kerap mempunyai kesalahan yang sama. Umur yang berbeda mempunyai jawaban yang berbeda pula.Kedua,Piaget menemukan suatu metode yang berbeda untuk mempelajari inteligensi.[3] Ia menolak standarisasi tes karena pendekatan ini terlalu kaku. Anak dapat menjawab keliru jika tidak menangkap pertanyaan. Oleh karena itu, ia mencari metode yang kurang terstruktur yang  dapat menciptakan lebih banyak kebebasan untuk bertanya kepada anak. Ia menggunakan pengalam bkerja di psikologi klinis dan memodifikasi teknik wawancara psikiatri untuk di cocokkan dalam mempelajari pemikiran anak dengan tujuan mengikuti jalan pemikiran anak sendiri tanpa memaksakan suatu arah tertentu. Ketiga, Piaget berpikir bahwa pemikiran logika abstrak mungkin relevan untuk memahami pemikiran anak. Ia mengamati bahwa anak yang belum berumur 11 tahun tidak dapat memecahkan persoalan operasi logika yang dasar. Ia juga mengamati bahwa proses pemikiran membentuk suatu struktur yang terintegrasi yang sifat-sifat dasarnya dapat dijelaskan dalam term-term logika.[4] Menurut Piaget, operasi-operasi logika yang ada dalam pemikiran deduksi berkaitan dengan struktur mental tertentu dalam diri anak. Ia mencoba untuk menemukan bagaimana pemikiran sangat berkaitan dengan ciri logika. Ciri pemikiran deduksi logis (abstrak dan hipotesis) ini menjadi salah satu ukuran tertinggi Piaget dalam menentukan tahap-tahap perkembanagan kognitif anak.
Selama di Paris, Piaget juga mencoba mengintegrasikan minatnya dalam biologi dan epistemologi. Langkah pertama adalah mendalami psikologi inteligensi manusia. Langkah kedua adalah mengarahkan psikoligi ini pada epistemology. Menurut Piaget, teori psikologi dapat menggunakan konsep biologi, di mana inteligensi dapat dilihat sebagai suatu adaptasi organisme terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, Piaget memutuskan untuk menekuni psikologi kognitif dan menggunakan penemuan psikologis dalam persoalan epistemologi.
Selama penelitiannya, Piaget makin yakin akan adanya pebedaan antara proses pemikiran anak dan orang dewasa. Ia yakin bahwa anak bukan merupakan suatu tiruan (replika) dari orang dewasa. Anak bukan hanya berfikir kurang efisiendari orang dewasa, melainkan berpikir secara berbeda dengan orang dewasa.[5] Itulah sebabnya mengapa Piaget yakin ada tahap perkembangan kognitif yang berbeda dari anak sampai dewasa. Ia juga mencoba menemukan sebab-akibat perkembangan kognitif. Pada awalnya, ia beranggapan bahwa perkembangan kognitif  di sebabkan oleh factor social. Setelah mengadakan penelitian, Piaget mengubah anggapan itu dengan lebih menekankan peran tindakan anak sebagai sumber perkembangan kognitif.
Pada tahun 1920-1930, Piaget bersama dengan istrinya meneliti ketiga anaknya sendiri yang lahir pada tahun 1925,1927 dan 1931.Hasil pengamatan terhadap perkembangan anak-anaknya ini dipublikasikan dalam The origins of  Intelligence in Children dan The Construction of Reality in the Child pada bab ini tentang tahap sensorimotor. Studinya tentang masa kanak-kanak meyakinkan Piaget bahwa pengertian dibentuk dari tindakan anak dan bukan dari bahasa anak.Tekanan pada tindakan ini membuat Piaget mengubah metode penelitian pada anak-anak yang lebih tua, yaitu dengan menyediakan alat-alat yang konkret sebagai unsur esensial metode klinisnya.
Sesudah Perang Dunia Kedua, penghargaan akan karya Piaget mulai tersebar di seluruh dunia. Ia menerima banyak penghargaan dari banyak universitas, seperti Universitas Harvard di Cambridge, Universitas Sorbonne di Paris dan beberapa universitas di Belgia dan Brazilia.Pada tahun 1950, Piaget banayak meneliti dan menulis tentang perkembangan inteligensi manusia. Ia juga mengaplikasikannya hasil penemuan psikologis tersebut dalam persoalan epistemologi. Pada tahun 1967 , ia mempublikasikan Biology and Knowledge, sebuah buku yang berkaitan dengan hubungan antara factor biologi dan proses kognitif. Piaget meninggal pada tanggal 16 September 1980 di Geneva.
2.Beberapa Konsep dalam Teori Piaget
1)Inteligensi
Claparede dan Stern mendefinisikan inteligensi sebagai suatu adaptasi mental pada lingkungan baru  (Piaget,1981,hlm.9). Gardner (1993) menjelaskan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan-persoalan atau menghasilkan produk. Piaget sendiri menjelaskan inteligensi secara lebih luas dan tidak mendefinisikannya secara ketat. Ia memberikan beberapa definisi secara umum yang lebih mengungkapkan orientasi biologis.
Inteligensi adalah suatu contoh khusus adaptasi biologi…(Origins of Intelligence,hlm. 3-4,Ginsburg & Opper,1988).Inteligensi adalah suatu bentuk ekuilibrium ke arah mana semua struktur yang menghasilkan persepsi, kebiasaan dan mekanisme sensotimotor diarahkan…. (Piaget,1981,hlm.6).Inteligensi membentuk keadaan ekuilibrium, ke arah mana semua adaptasi sifat-sifat sensorimitor dan kognitif dan juga interaksi-interaksi asimilasi dan akomodasi antara organisme dan lingkungan mengacu .( Piaget,1981,hlm.11)
Dalam beberapa definisi diatas, tampak menonjol unsur adaptasi dan ekuilibrium (kesetimbangan) antara seseorang atau organisme  dengan lingkungannya sehingga ia dapat hidup. Di situ, ada suatu keharmonisan antara seseorang atau struktur kognitif seseorang dengan lingkungannya. Inteligensi dalam hal ini merupakan alat/cara yang memungkinkan individu mencapai kesetimbangan atau beradaptasi dengan lingkungannya. Menurut Piaget, tidak ada inteligensi yang sudah jadi. Inteligensi mengalami perkembangan dalam langkah-langkah intelektual. Bagi Piaget, inteligansi mencakup adaptasi biologis, ekuilibrium antara individu dan lingkungan, perkembangan yang gradual, kegiatan mental dan kompetensi.
Menurut Ginsburg dan  Opper, Piaget mempunyai dua minat : biologi dan epistemology. Inilah yang membentuk pendekatannya pada psikologi inteligensi. Minatnya pada biologi tampak dalam definisi inteligensi yang memuat istilah-istilah pertumbuhan, tahap-tahap perkembangan, adaptasi, ekuilibrium,dan lain-lain. Minatnya dalam epistemology mempengaruhinya dalam meneliti pengertian anak akan ruang, waktu, kausalitas, dan pengertian-pengertian yang lain.
2)Organisasi
Organisasi menunjuk pada tendensi semua spesies untuk mengadakan sistematisasi dan mengorganisasi proses-proses mereka dalam suatu system yang koheren, baik secara fisis maupun psikologis[6].Misalnya, bayi yang masih sangat muda mempunyai kemmapuan untuk melihat benda atau menjamahnya. Pada awalnya, ia tidak menggabungkan kedua tindakan itu (melihat dan menjamah). Setelah beberapa waktu, ia mengorganisasikan kedua tindakan itu dalam suatu struktur yang lebih tinggi yang memungkinkan ia menjamah sesuatu sewaktu ia melihatnya. Oleh karena itu, organisasi adalah suatu tendensi yang umum untuk semua bentuk kehidupan guna mengintegrasikan struktur, baik psikis maupun psikologis, dalam suatu system yang lebih tinggi.
3) Skema
Skema adalah suatu struktur mental seseorang di mana dia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selam perkembangan kognitif seseorang.Skema bukanlah benda yang nyata yang dapat dilihat, melainkan merupakan suatu  rangkaian proses dalam sistem kesadaran orang. Oleh karena itu, skema tidak mempunyai bentuk fisis dan tidak dapat dilhat  (Wadsworth,1989).Skema juga dapat dipikirkan sebagai suatu konsep atau kategori dalam pikiran seseorang. Skema seseorang itu terus-menerus berkembang. Skema seorang anak berkembang menjadi skema orang dewasa. Misalnya, gambaran anak tentang ayam. Pada awalnya, gambaran anak itu sangat sederhana karena didasarkan pada cerita orang tuanya atau pada pengalaman pertama kali melihat ayam. Semakin banyak ia mempunyai pengalaman dengan bermacam-macam ayam, gambaran atau skemanya tentang ayam semakin berkembang dan lengkap.

4)Asimilasi
Asimilasi adalah gambaran kognitif di mana seseorang mengontegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pola pikirannya. Asimilasi kognitif terjadi pada peristiwa yang sama.[7] Asimilasi dapat dipandang sebagai suatu proses kognitif untuk menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan yang baru ke dalam skema yang telah ada. Setiap orang secara terus-menerus mengembangkan proses ini. Misalnya, seorang anak mempunyai konsep mengenai “lembu”. Dalam pikiran anak itu ada skema “lembu”. Mungkin skema anak itu menyatakan bahwa lembu itu binatang yang berkaki empat, berwarna putih dan makan rumput. Skema itu terjadi waktu ia pertama kali melihat lembu tetangganya yang memang berwarna puith, berkaki empat dan sedang makan rumput. Dalam perjalanan hidupnya, anak itu bertemu dengan bermacam-macam lembu yang lain, yang warnanya lain dan tidak sedang makan rumput, tetapi sedang menarik gerobak. Jelas bahwa skema lembu  anak itu  menjadi bertambah lengkap. Skema awalnya tidak hanya tetap dipakai, tetapi juga dikembangkan dan dilengkapi. Asimilasi tersebut merupakan salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan atau tantangan baru sehingga pengertian oragn itu berkembang. 
5)Akomodasi
Dapat terjadi bahwa dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru, seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru itu dengan skema yang telah ia miliki. Dalam keadaan seperti ini, orang tersebut akan mengalami akomodasi, yaitu membentuk skema yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan tersebut. Misalnya, seorang anak mempunyai suatu skema bahwa semua benda padat akan tenggelam dalam air. Skema ini didapat dari abstraksinya terhadap pengalamannya akan benda-benda yang di masukkan ke dalam air. Suatu hari, ia melihat beberapa benda padat yang terapung di atas sungai. Ia merasakan bahwa skema lamanya tidak cocok lagi Ia mengalami konflik dalam pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan skema lama dengan skema baru.
Skema seseorang dibentuk oleh pengalaman sepanjang waktu. Skema menunjukkan taraf pengertian dan pengetahuan seseorang saat ini tentang dunia sekitarnya. Skema ini suatu konstruksi, bukan tiruan dari kenyataan dunia yang ada. Menurut Piaget, proses asimilasi dan akomodasi  ini terus berlangsung dalam diri seseorang.
6)Ekilibrasi
Ekilibrasi yaitu pengaturan diri mekanis yang perlu untuk mengatur kesetimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Ekilibrasi membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Bila terjadi kesetimbangan, seseorang dipacu untuk mencari kesetimbangan yang baru dengan asimilasi atau akomodasi (Wadsworth,1989).
7)Adaptasi
Cara beradaptasi berbeda bagi setiap jenis makhluk, bagi setiap individu dalam jenis yang sama, maupun bagi tahap yang satu ke tahap yang lain dalam satu individu. Adaptasi terjadi dalam proses asimilasi dan akomodasi.
8)Pengetahuan Figuratif dan Operatif
Pengetahuan figuratif didapatkan dari gambaran langsung seseorang terhadap objek yang dipelajari. Misalnya, pengetahuan akan nama-nama barang. Pengetahuan operatif didapatkan karena orang itu mengadakan operasi terhadap objek yang dipelajari. Miasalnya, pengetahuan seseorang akan bilangan.
3.Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia
·         Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:[8]
  1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
  2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
  3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
  4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
  5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
  6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
·         Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun.Selain itu,cara berpikir konkret melibatkan operas,yaitu sejumlah tindakan mental yang memungkinkan seseorang untuk melakukan sesuatu secara mental, hal-hal yang sebelumnya dilakukan secara fisik.[9] Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
·         Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.[10]
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. [11]Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
·         Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
4.Aplikasi Teori Piaget dalam Pendidikan
Pengaplikasiannya di dalam pendidikan : perkembangan kognitif bergantung pada akomodasi. Kepada individu diberikan suatu area yang belum diketahui agar ia dapat belajar, karena ia tak dapat belajar dari apa yang telah diketahuinya saja. Ia tak dapat menggantungkan diri pada asimilasi. Dengan adanya area baru ini individu akan mengadakan usaha untuk dapat mengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah pertumbuhan kognitif.Secara terinci dibawah ini adalah penerapan teori Piaget terhadap pendidikan di kelas :
v  Karena cara berpikir anak itu berbeda-beda dan kurang logis di banding dengan orang dewasa, maka guru harus dapat mengerti cara berpikir anak, bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru.
v  Guru dapat  mendorong anak-anak untuk melakukan kegiatan yang bersifat seni, misalnya melukis atau melihat lukisan . Ini dapat membantu perkembangan pengertian abstrak yang diperlukan untuk mengerti bahasa simbolik.[12]
v  Anak belajar paling baik dengan menemukan (discovery). Arrtinya disini adalah agar pembelajaran yang berpusat pada anak berlangsung efektif, guru tidak meninggalkan anak-anak belajar sendiri, tetapi mereka memberi tugas khusus yang dirancang untuk membimbing para siswa menemukan dan menyelesaikan masalah sendiri.[13]
v  Pendidikan disini bertujuan untuk mengembangkan pemikiran anak, artinya ketika anak-anak mencoba  memecahkan masalah, penalaran merekalah yang lebih penting daripada jawabannya. Oleh sebab itu guru penting sekali agar tidak menghukum anak-anak untuk jawaban yang salah, tetapi sebaliknya menanyakan bagaimana anak itu memberi jawaban yang salah, dan diberi pengertian tentang kebenarannya atau mengambil langkah-langkah yang tepat untuk untuk menanggulanginya.
v  Guru dapat mendorong keterlibatan anak –anak dengan membacakan suatu cerita atau hal-hal yang bersifat ilmiah. Dalam suatu kelompok kecil, anak-anak dibiarkan untuk memilih buku yang sesuai dengan minat mereka dengan bersama-sama melihat gambar dan siap menjawab pertanyaan-pertanyaan. Pengalaman ini tidak dapat terjadi dengan mudah jika guru hanya duduk dimuka kelas sambil membaca untuk semua anak. [14]
            Jadi, secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek, yaitu structure, content dan function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur dan konten intelektualnya berubah / berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga melahirkan suatu rangkaian perkembangan ; masing-masing . mempunyai struktur psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikir anak. Maka Piaget mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada tingkat perkembangan khusus.












Daftar Pustaka


1)John W. Santrock.2003.Adolescence, edisi 6.Jakarta: Erlangga.

2)Singgih D. Gunarsa.2008.Dasar dan Teori Perkembangan Anak.Jakarta : Gunung Mulia.

3)Sri Esti. W Djiwandon. Psikologi Pendidikan (Rev-2). Jakarta: Grasindo.

4)Suparno,Paul.2000. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.








[1]Dr. Paul Suparno, Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget,( Yogyakarta: Kanisius,2000)h.11


[2]Ibid,h.13.
[3] Ibid.
[4] Ibid,h.14.
[5] Sri Esti. W Djiwandon, Psikologi Pendidikan (Rev-2), (Jakarta: Grasindo)h.84.
[6] Dr. Paul Suparno, op cit,h.20.
[7] Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak,( Jakarta : Gunung Mulia,2008),cet.kesembilan,h.142

[8] Dr. Paul Suparno, op cit,, h.26.


[9] John W. Santrock, Adolescence, edisi 6,(Jakarta: Erlangga,2003)h.106.
[10] http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif
[11] John W. Santrock,op cit.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Psikologi"